Sabtu, 24 Oktober 2009

Pantaskah Kalian Berputus Asa?

Sebelum mulai membicarakan hal ini, saya hanya ingin menyampaikan ucapan kepada sohib-sohib yang selalu menemani hidup saya. Kalian pasti sangat senang karena saya mengambil judul ini, karena setidaknya kalian bisa mengejek saya ketika berkumpul bersama. Saya tahu pasti, inilah yang kalian tunggu. Tapi agar kalian tahu, itu hanya sebuah masa lalu yang tak lantas untuk dibuang namun lebih kepada dikenang sebagai sebuah pelajaran.

Baik, sekarang kita mulai membicarakan tentang sebuah suku kata yang sering dibicarakan orang, yaitu PUTUS ASA. Putus asa menurut definisi saya adalah sebuah keadaan di mana manusia mengalami kemerosotan atau berhenti baik secara psikis maupun fisik di dalam kehidupannya. Berikut adalah sebuah contoh orang yang tengah mengalami keputusasaan dalam hidupnya :
Ada seorang musisi yang benar-benar ahli dalam bidang music, bahkan ia telah sampai ke level nasional sebagai seorang gitaris (Maaf, saya tidak bisa dan mampu menyebutkan nama orang tersebut karena ini adalah privasi seseorang dan saya harus menghargainya. Mungkin bagi kalian para musisi yang telah mengetahuinya, mohon untuk tidak menyebutkan nama ataupun inisialnya). Ia telah mengikuti berbagai seleksi hingga akhirnya ia masuk dalam nominasi gitaris dalam sebuah band ternama di ibu kota, bahkan ia telah dipilih sebagai gitaris group band tersebut. Namun karena kendala orang tua yang melarangnya untuk menjadi seorang musisi dan hijrah ke ibu kota, lantas ia mengalami tekanan mental hingga akhirnya stress dan berjalan tanpa arah. Bagi orang yang tidak mengetahui hal tersebut, tentu saja ia akan dikira sebagai orang gila. Padahal sebenarnya ia adalah orang yang memiliki jiwa seni dan bakat yang hebat. Akibat sebuah tekanan yang berubah menjadi sebuah keputusasaan, ia berubah menjadi orang yang tidak berarti bagi dirinya sendiri. Lain halnya jika ia mampu melihat sisi lain atau sedikit berusaha. Mungkin ia mampu membujuk orang tuanya agar berkenan mengijinkannya. Ataupun jika usaha tersebut gagal, ia bisa saja beramal dengan membagikan ilmunya dengan mengajarkan dari kemampuan yang ia miliki. Membuka kursus band ataupun melatih sekumpulan anak hingga terbentuk sebuah band yang terkenal. Dari situ, tentu saja bakat dan kemampuannya akan lebih berguna dan menghasilkan pendapatan bagi dirinya sendiri. Dan secara otomatis, ia akan membahagiakan orang tuanya.
Ada lagi cerita dari teman saya sendiri. ia baru saja putus dari pacarnya, lebih tepatnya lagi diputuskan. Ia menyatakan kepada saya jika ia sangat mencintai dan menyayangi pasangannya tersebut. Ia merasa sangat kecewa dan terpukul dengan keadaan tersebut. Sebagai seorang manusia, saya mampu mengerti apa yang dirasakan olehnya karena tentunya saya pernah mengalami keadaan itu, bahkan saya juga terkadang merasakan hal tersebut namun dengan proses dan penyelesaian yang berbeda. Dan sangat disayangkan, keadaan tersebut membuatnya hilang akal sehat. Ia mulai menenggak minuman keras dengan porsi yang menurut saya sangat banyak. Ia tidak mau makan, tidak mau bepergian bahkan untuk buang hajatpun ia segan. Yang paling parah, ia kabur entah kemana sehingga keluarganya bersusah payah untuk mencarinya dan iapun mulai mengkonsumsi narkoba. Pada suatu ketika saya bertemu dengan teman saya tersebut. Keadaannya sangatlah menyedihkan. Badannya kurus, berbau tak sedap dan kusut. Lantas saya bertanya kepadanya, “Apakah ini yang kau sebut cinta? Dengan menyiksa dirimu sendiri seperti ini? Kau mungkin bisa saja melampiaskan kekecewaanmu dengan jalanmu sendiri, tapi apa kau tahu, di luar sana, kemarin, saat ini juga ataupun besok orang yang kau bilang teramat cintai itu mungkin saja sedang bersenang-senang dengan lelaki lain, sementara kau membuat keadaanmu jadi seperti ini. Saya mengucapkan perkataan tersebut karena saya merasa kecewa sekaligus marah atas apa yang ia perbuat karena telah menyusahkan dirinya sendiri dan orang lain. Ia tidak mampu menerima perkataan saya dan menjadi marah. Bahkan kami hendak berkelahi.
Sekarang saya kembali bertanya. Setelah membaca cerita saya diatas, apakah kalian pantas untuk berputus asa dengan melakukan tindakan yang bodoh dan tidak berguna? Apakah pantas kalian menyiksa diri kalian seperti cerita diatas karena sebuah keputus asaan? Apakah pantas kalian selalu terpuruk dalam sebuah keadaan yang selalu membuat kalian tersiksa?
You’ll never know and never find the way of your life if you always be silent and not to try. Something right and something wrong is coming from your self. Never let you fall and to be down with everything difficulties involved. Just wake up, stand up and run again. And I’ll promise that despondent feeling never be included to your self because it unethical to stay in yourself. Good luck!

“aku tak sebaik yang kau kira…”
“dan aku juga tak seburuk yang kau sangka…”
"jikalau esok maut kan menjemputku..."
"aku tak akan pernah takut ataupun gentar..."
"karena jiwaku selalu ada dipelukan-Nya..."

Belong’s to Toms

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayat-Ayat Tentang Riba

Assalamu'alaikum.. Alladzina yaa kuluunarribaa laa yaquumuuna illaa kamaa yaquumulladzii yatakhobbathuhusyayaithoonu minalmassi, dzaal...