Jumat, 09 Oktober 2009

Apakah Do'a Itu Telah Menggema?

Do'a, satu kata yang banyak didengar & dilantunkan oleh banyak orang. Namun tak banyak orang belum tentu mendapatkan jawaban dari do'a tersebut. Atau mungkin menurut saya, bukan mendapatkan, namun belum mampu membaca jawaban yang tersirat dari do'a tersebut.
Orang yang memiliki pengetahuan agama yang kuat, memiliki pakaian yang bagus serta wewangian yang harum semerbak belum tentu mampu mendapatkan dengan mudah dibandingkan dengan seorang pengemis jalanan yang dekil, kotor ataupun berbau tak sedap.


Pernah saya mendengar, seorang pejabat sekaligus baik agamanya berdo'a memohon sesuatu kepada Tuhannya. Ia meminta agar ia mendapatkan lebih banyak rizki. Setiap malam setiap waktu. Namun tak kunjung datang jawaban itu. Lalu suatu ketika ia melihat seorang pengemis yang sedang sholat dan memanjatkan sesuatu kepada Tuhannya dan setelah selesai, pejabat itu bertanya kepada pengemis tersebut. "Apakah yang kau panjatkan kepada Tuhanmu?" Si pengemispun menjawab, "Saya hanya meminta sedikit rizki dan berkah serta kesabaran bagiku. Dan alhamdulillah, Tuhan selalu memberikan jawaban itu padaku." Lalu pejabat itupun berkata, "Saya sudah meminta itu berulang kali,bahkan setiap waktu,namun tak kunjung datang jawaban dari permintaan itu. Padahal saya jauh lebih baik darimu. Pakaian saya lebih bagus, bersih dan wangi. Sayapun telah meminta langsung ketika saya sedang berhaji. Lantas kenapa belum juga terwujud?" Pengemispun kembali berkata, "Bukan emas permata yang menempel di tubuh yang menjanjikan terkabulnya, bukan wewangian sesemerbak bunga surga yang tercium dari tubuh, bukan pakaian yang mahal atau indah dan seberapa jauh ke tempat lain ia menjalankan ibadahnya. Namun ketulusan dan kerendahan dirilah yang utama. Jawaban itu tak harus nampak, namun halus tersirat. Saya meminta rizki, mungkin itu hadir dalam bentuk ketegaran jiwa dan raga. Saya meminta kesabaran, bukan berarti saya seketika menjadi orang yang sabar, namun Tuhan menghadirkan orang-orang yang mempu memberikan dan melatih kesabaran bagiku. Cobalah untuk tidak sombong dan angkuh dihadapan Tuhanmu,Insya Alloh permintaanmu akan terkabul."
Mendengar jawaban tersebut, pejabat itupun langsung memeluk seraya menangis dan mencium tangan pengemis. Dia berkata jika dia tak lebih baik dan lebih mulia dari orang-orang yang dianggap rendah olehnya.
Itu adalah sedikit contoh dari apa yang saya bicarakan. Ketika saya hendak berdo'a atau sholat, hanya satu yang ada dipikiran saya. Apakah makhluk yang hina seperti saya masih pantas untuk meminta? Namun hati saya kemudian berkata, Tuhanku adalah Dzat mulia dari yang paling mulia, Dzat penyayang dari segala maha penyayanng. Kiranya Dia pasti berkehendak menerima saya. Namun saya juga tak lupa untuk lebih mengutamakan penampilan saya. Untuk pergi dengan seorang wanita atau hendak bertemu pejabat saja harus berpakaian rapi, bersih dan sopan serta harum mewangi, mengapa untuk bertemu dan bersimpuh dihadapan Kekasih Sejati yang amat dicinta harus mengenakan penampilan ala kadarnya?


Posted by :
Sickman

"aku tak sebaik yang kau kira..."
"dan aku juga tak seburuk yang kau sangka..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayat-Ayat Tentang Riba

Assalamu'alaikum.. Alladzina yaa kuluunarribaa laa yaquumuuna illaa kamaa yaquumulladzii yatakhobbathuhusyayaithoonu minalmassi, dzaal...