Senin, 04 Mei 2009

About The Meaning of My Life

What I think and I fell about life dedicated to my brother who full of sincerity and to d’duck who full of tenderness…

Aku adalah aku. Aku tak sebaik yang kalian kira, namun aku juga tak seburuk yang kalian sangka. Aku adalah aku. Aku ingin menjadi melebur menjadi kejujuran namun aku juga melebur menjadi kemunafikan. Pada suatu ketika yang telah lama selalu ingin aku ketahui. Aku bertanya kepada diriku, kepada naluri-naluri yang menemani logikaku. Jika aku hidup saat ini, apa yang aku inginkan saat ini? Akupun menjawab. Ketika aku hidup saat ini, hidup dalam keadaan seperti ini, hidup dalam kenyataan seperti ini, hidup dalam kehidupan seperti ini, akupun berkata. Ketika aku hidup dalam padang pasir yang gersang, disirami oleh sengatnya matahari dan dikelilingi oleh binatang-binatang buas yang hendak menerkam dan menyengserakan aku, aku selalu berkeinginan, berkehendak, berharap dan berusaha. Aku ingin hidup memiliki sebuah rumah kecil, sederhana dengan tiang yang begitu kokoh. Yang di dalamnya terdapat sebuah mata air yang mengalir. Yang di dalamnya terdapat sebuah permata, yang berkilau bak sebuah kebaikan yang terlihat dari langit ke tujuh. Hanya itu yang aku inginkan, hanya itu kehendak dalam diriku.

Suatu ketika, dirikupun kembali bertanya. Mengapa dan apa alasan kau memberikan jawaban seperti itu? Dan apa makna dari setiap kata yang kau ucap?

Dan akupun kembali menjawab. Kau ingin tahu makna dari perkataanku? Padang pasir yang gersang adalah dunia yang aku pijak saat ini. Gersang, sulit bagi sebuah kebaikan untuk tumbuh dan menyemai. Sulit bagi kejujuran untuk berkata. Dunia yang aku pijak saat ini adalah dunia yang penuh sengat dari orang-orang yang menghamba kepada dunia. Mereka tak peduli, mereka tak melihat dan enggan untuk mendengar. Yang mereka tahu hanya ambisi. Ambisi yang menghancurkan segala sesuatu di sekelilingnya. Dan binatang buas itu adalah orang-orang yang picik dan tak mampu mengakui kemunafikan mereka. Mereka lebih berbahaya dari semua binatang pemangsa yang ada di muka bumi ini. Pikiran mereka, naluri mereka busuk, melebihi busuknya bangkai binatang yang telah mati. Mereka dapat menerkamku sewaktu-waktu ketika aku lengah dan menjadikan aku mangsa dari rendahnya pikiran mereka.

Untuk itu aku ingin berlindung dari semua dalam sebuah rumah dengan tiang kokoh menyangganya. Rumah itu adalah agamaku. Tiang itu adalah imanku. Rumah itu akan roboh jika tak memiliki tiang yang teguh berdiri. Agamaku, payung dalam kehidupanku tak akan mampu melindungiku jika imanku tak dapat berdiri tegak yang dihempas badai kehidupan. Sedangkan mata air itu adalah pelepas dahaga akan imanku. Titis kasih dari orang-orang yang mengasihiku. Ketulusan dari orang-orang yang membuka mata akan keadaan. Penyejukku adalah goresan tangan dari langit, yang menyatu dan memberi arah dalam kehidupanku. Tersirat, tanpa dijelaskan keseluruhan karena hanya bagi mereka yang bersuci dengan hati dan naluri mereka.

Dan permata bak berlian dari langit ke tujuh adalah seorang hawa yang menemaniku. Tak ternilai dan tak terhitung. Lautan yang menjelma menjadi emas dan titik hujan yang menjadi intanpun tak mampu menilainya. Aku ingin menyentuh permata itu dengan lembut, tidak dengan kasar agar tak tergores dan menimbulkan bekas yang merusak keindahannya. Seorang hawa yang mampu mengingatkanku dan mampu aku ingatkan. Seorang hawa yang mampu membuat rumahku menjadi lebih indah dan menjadi lebih sejuk. Jikalau aku menghardik dan membentaknya , bukan berarti aku ingin menyakitinya. Membentak dengan nasihat dan menghardik dengan perasaanku karena satu sebab musababnya, aku hanya ingin membuatnya lebih lurus meskipun tak dapat selurus-lurusnya. Itulah keadaan yang selalu ingin aku ciptakan.

Lalu dirikupun berkata. Jika itu kehendak yang kau inginkan, aku akan bersatu denganmu. Mari kita beriring bersama untuk mendapatkan citamu karena kehendakmu adalah kehendakku.

Tulisan ini mungkin tak berarti bagi siapapun, namun berarti bagi diriku. Persembahan bagi orang yang mampu memenuhi pikiranku. Yang membuatku semakin melihat, siapa aku, untuk apa aku disini dan berdiri dan bagaimana aku harus tetap berdiri.

Jackerslover

“ I’m not as good as your thinking “

“ And I’m not as bad as your feeling “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ayat-Ayat Tentang Riba

Assalamu'alaikum.. Alladzina yaa kuluunarribaa laa yaquumuuna illaa kamaa yaquumulladzii yatakhobbathuhusyayaithoonu minalmassi, dzaal...